Indahnya Akhlaqul Karimah Fadhilah Amal
بسم الله الرحمن الرحيم
Oleh: Redaksi Buletin Al Ilmu
Para pembaca yang kami hormat, bila kita
mau menggali kembali warisan akhlak yang mulia sebagaimana yang telah
diwariskan di dlm Al-Qur’an & Sunnah
Rasulullah,
niscaya kita akan mendapati betapa indahnya Islam itu. Sungguh menyedihkan,
tatkala menyaksikan banyak dari saudara-saudara kita kaum muslimin kurang
memberikan perhatian terhadap masalah akhlak. Terlebih ketika menyaksikan
generasi muda Islam yang mayoritas mereka tumbuh & berkembang tak di atas
bimbingan akhlak yang mulia.
Seyogyanya, pendidikan akhlak kepada generasi muda dimulai semenjak mereka
berada dlm masa kanak-kanak, baik dlm lingkungan keluarga maupun dlm sebuah lembaga
pendidikan. Walaupun, pada akhirnya itu semua kembali kepada hidayah dari Allah
‘azza wa jalla. Namun setidaknya, telah ada upaya dgn penuh kesungguhan dari
diri kita yang diiringi dgn doa kepada Allah ‘azza wa jalla. Semoga anak cucu
kita menjadi generasi yang berakhlak dgn akhlak yang mulia.
Dalam hal ini, sosok yang sangat pantas utk kita jadikan sebagai teladan
adalah Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau telah
mengaplikasikan sifat-sifat yang mulia semenjak masa kanak-kanak. Sehingga
tidaklah mengherankan ketika di kemudian hari beliau menjadi orang kepercayaan
di kalangan kaumnya sebelum diangkat menjadi nabi & menerima banyak pujian
dari mereka.
Allah ‘azza wa jalla telah memberikan pujian kepada beliau dlm firman-Nya
(artinya): ”Dan sesungguhnya kamu Muhammad benar-benar berbudi pekerti
yang agung.” QS. Al-Qalam 4
Sungguh telah terkumpul pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
akhlak-akhlak yang baik seperti rasa malu, kedermawanan, keberanian, menepati
janji, suka menolong, kecerdasan, lembut, memuliakan anak yatim,
kejujuran,
menjaga harga diri, menjaga kesucian hati, & lain-lain.
‘Aisyah radhilyallahu ‘anha, istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
pernah ditanya tentang akhlak beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia
menjawab: “Maka sesungguhnya akhlak Nabi Allah Muhammad adalah
Al-Qur‘an.” HR. Muslim & Abu Dawud
Allah ‘azza wa jalla berfirman (artinya):
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah & kedatangan
hari
kiamat & Dia banyak menyebut Allah. QS. Al-Ahzab 21
Sahabat Anas bin Malik radhilyallahu ‘anhu mengatakan
“Rasulullah adalah manusia yang paling baik akhlaknya.” HR. Al-Bukhari,
Muslim & Abu Dawud
Di tengah-tengah gencarnya dakwah tauhid yang diserukan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau tetap memberikan porsi kepada pembenahan
akhlak. Hal ini tercermin dari sabda beliau
“Hanya saja aku diutus utk menyempurnakan akhlak yang mulia.” HR. Al-Baihaqi
& Al-Bukhari dlm Adabul Mufrad
Keutamaan Akhlak yang Mulia
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah menerangkan tentang
keutamaan akhlak yang mulia, beliau bersabda
“Tidak ada sesuatu yang diletakkan dlm timbangan di hari kiamat kelak
yang lebih berat daripada akhlak yang baik. Dan sesungguhnya seorang yang
berakhlak baik akan bisa mencapai derajat orang yang rajin berpuasa &
shalat (sunnah).” HR. At-Tirmidzi
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai & paling dekat tempat
duduknya dariku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.” HR.
At-Tirmidzi
Urgensi Akhlak yang Baik dlm Dakwah
Akhlak yang mulia merupakan bekal berharga yang tak boleh dianggap remeh
oleh seorang
da’i
juru dakwah yang terjun ke masyarakat dlm rangka mengemban tugas yang
agung nan mulia yaitu berdakwah ke jalan Allah. Akhlak yang mulia akan
memberikan pengaruh yang luar biasa di hati-hati manusia.
Para pembaca yang berbahagia! Amalan dakwah
ke jalan Allah merupakan amalan yang cukup berat, yang membutuhkan perjuangan
fisik & mental dari seorang da’i. Yang demikian itu memang sebanding dgn
pahala & keutamaannya yang besar. Oleh karena itulah, yang mampu mengemban
tugas berat ini hanyalah orang-orang yang memiliki sifat-sifat agung & mulia
dlm kehidupannya. Bukan orang-orang yang kasar perangainya, kotor & tajam
lisannya, sempit pandangannya, jelek pergaulannya, & yang memiliki
sifat-sifat tercela lainnya.
Seorang da’i, apabila telah mempersiapkan diri sebaik mungkin dgn bekal
akhlak yang mulia, niscaya dakwah ke jalan Allah yang ia serukan akan berguna
& memberikan manfaat serta akan lebih mudah utk diterima di hati
masyarakat.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah mengatakan dlm
ceramahnya ketika memberikan nasehat kepada para pemuda tentang masalah
Kebangkitan Islam bahwasanya dakwah Islam akan bisa meraih keberhasilan &
kesuksesan apabila para pemikul amanah tersebut memiliki beberapa bekal. Beliau
menyebutkan beberapa bekal yang berkaitan dgn akhlak, di antaranya adalah:
1. Seorang da’i wajib memiliki sifat hikmah dlm berdakwah. Hendaklah ia tak
terburu-buru utk menikmati hasil dlm usahanya merubah keadaan masyarakat yang
jelek menjadi baik. Kemudian kata beliau …Dan sungguh –demi Allah–
saya sangat senang sekali melihat kecemburuan para pemuda & semangatnya dlm
membasmi kemungkaran, menegakkan kebenaran serta memerintahkan kepada kebaikan.
Namun aku lebih suka –demi Allah– dgn sepenuh hatiku, apabila mereka melandasi
langkah-langkah tersebut dgn cara hikmah. Walaupun hasilnya agak lambat namun
akan membawa akibat yang terpuji…
Kemudian beliau menyebutkan dalilnya, yaitu firman Allah (artinya):
”Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dgn hikmah & pelajaran yang baik
& bantahlah mereka dgn cara yang baik. Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya & Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” QS. An-Nahl 125
2. Memiliki sifat sabar dgn mengharap pahala dari Allah. Betapa banyak para
generasi muda yang setelah mendapat hidayah utk berjalan di atas jalan generasi
salaf yang shalih, mereka bersemangat mengajak keluarganya kepada jalan
tersebut. Namun kemudian datang berbagai keluhan dari mereka, bahwasanya mereka
mendapatkan tekanan dari kedua orangtuanya baik dlm bentuk celaan, ejekan atau
fitnah.
Maka wajib bagi kita utk bersabar (dari cobaan tersebut) dgn mengharap
pahala dari Allah & tak boleh putus asa. Dan jangan menjadikan hal itu
sebagai penghalang dari dakwah ke jalan Allah. Allah telah berfirman (artinya):
”Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu & kuatkanlah kesabaranmu
& tetaplah bersiap siaga di perbatasan negerimu dan bertakwalah
kepada Allah, supaya kamu beruntung.” QS. Ali Imran 200
3. Berhias dgn akhlak yang mulia. Seorang da’i harus mencerminkan diri dlm
kehidupannya sesuai dgn apa yang ia serukan. Bagaimana pandangan masyarakat
terhadap seorang da’i yang memberikan nasehat kepada umatnya utk beramal
sesuatu, namun ia sendiri tak mengamalkannya? Demikiankah ?
4. Melandasi dakwahnya dgn kelemahlembutan. Tidak kasar atau selalu keras
dlm cara penyampaian. Tidak tajam atau kotor dlm berbicara. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah Maha
Lembut & menyukai kelembutan. Allah memberikan kepada kelembutan apa yang
tak Dia berikan kepada kekasaran & yang lainnya”. HR. Muslim
5. Menghidupkan sunnah ziarah saling mengunjungi saudara sesama muslim.
Sunnah ini telah diabaikan oleh kebanyakan kaum muslimin. Sesungguhnya sunnah
ini akan menumbuhkan kelembutan hati & kecintaan kepada sesama muslim. Dan
seorang da’i memiliki peran besar dlm mengamalkan sunnah ini.
6. Tidak boleh berputus asa tatkala melihat berbagai kerusakan di tengah
masyarakat.
Cita-cita atau harapan merupakan pendorong yang kuat & usaha demi
keberhasilan dakwah. Sebagaimana putus asa merupakan sebab kegagalan &
berhentinya sebuah dakwah.
Pengaruh Akhlak yang Mulia
Berikut ini adalah contoh-contoh kisah tentang bagaimana akhlak yang mulia
mampu memberikan pengaruh yang luar biasa dlm hati manusia sekalipun mereka
adalah orang kafir.
1. Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan kaum
musyrikin Quraisy di bukit Shafaa dlm rangka menjelaskan tentang risalah Islam.
Beliau mengatakan kepada mereka: “Bagaimana menurut kalian apabila aku kabarkan
kepada kalian bahwasanya akan keluar kuda dari balik kaki bukit ini, apakah
kalian akan mempercayaiku?” Mereka menjawab: “Kami belum pernah mendapatimu
berdusta.” HR. Al-Bukhari & Muslim
2. Sahabat Anas bin Malik menceritakan,”Suatu hari kami para sahabat
sedang duduk-duduk di masjid bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Tiba-tiba datanglah seorang arab kampung masuk ke dlm masjid
kemudian kencing di dalamnya. Maka dgn serta merta para sahabat pun
menghardiknya. Rasulullah bersabda, Jangan menghardiknya! Biarkan dia hingga
tuntas kencingnya! “(Setelah selesai dari kencingnya) Rasulullah memanggil
orang tersebut kemudian menasehatinya Sesungguhnya yang namanya masjid, tak
pantas utk tempat kencing, tak juga tempat kotoran. Hanya saja masjid itu
sebagai tempat utk berdzikir kepada Allah, shalat, & membaca Al-Qur‘an.
Atau sebagaimana sabda Rasulullah. Kemudian Rasulullah memerintahkan seseorang
utk menyiram kencing orang arab kampung tersebut, maka ia membawa seember air
kemudian menyiramkannya ke tempat kencing tersebut. HR. Muslim
Dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan bahwasanya sahabat Abu Hurairah
menceritakan,”(Suatu hari) kami shalat bersama Rasulullah. Kemudian di
tengah-tengah shalat A‘rabi itu berdo‘a, “Ya Allah, rahmatilah aku &
Muhammad. Dan jangan engkau rahmati siapapun selain kami berdua.” Setelah
selesai salam, Rasulullah bersabda kepada A‘rabi tersebut, Sungguh, engkau
telah mempersempit rahmat Allah yang luas.
Dalam riwayat Ahmad dari hadits Abu Hurairah diceritakan (A‘rabi yang
pernah kencing di masjid itu) mengatakan –setelah dia berilmu–,
“Rasulullah ketika itu (peristiwa kencing) menasehatiku. Beliau tak mencelaku,
memarahiku, tak pula memukulku”.
3. Dalam sebuah kisah yang diceritakan oleh Abu Sufyan ketika beliau
berdagang di negeri Syam, beliau dipanggil oleh Heraklius kaisar Romawi.
Dan Heraklius mulai bertanya kepada Abu Sufyan ketika itu beliau masih
kafir tentang sosok Rasulullah. Ia bertanya,”Apakah kalian pernah menuduhnya
sebagai pendusta sebelum ia menyampaikan sesuatu (risalah Islam)?”
Abu Sufyan menjawab,” Tidak pernah.” Ia bertanya
lagi,”Apa yang diperintahkannya kepada kalian?” Abu Sufyan
menjawab,”Dia memerintahkan utk beribadah kepada Allah semata & tak boleh
menyekutukan-Nya dgn sesuatu apapun, memerintahkan utk meninggalkan ucapan
nenek moyang, memerintahkan utk menegakkan shalat, zakat, berkata jujur,
menjaga harga diri, menyambung tali persaudaraan. . .” HR. Al-Bukhari
Referensi:
“Ash Shahwah Al-Islamiyah, Dhawabith wa Taujihat”, Muhammad bin Shalih
Al-’Utsaimin.
Sumber: Buletin Islam Al Ilmu edisi no: 14/IV/IX/1342
sumber: www.mediasalaf.com tags: Alaihi Wa Sallam, Kanak Kanak, Sunnah
Rasulullah, Akhlak Yang Mulia, Indahnya Islam, Lembaga Pendidikan, Anak Cucu,